Simpai atau Surili Sumatera (Presbytis melalophos) adalah salah satu monyet endemik pulau Sumatera. Primata dari famili Cercopithecidae yang kerap disebut Simpai atau Surili Sumatera pun termasuk primata langka dan terancam punah. Oleh IUCN dimasukkan dalam daftar merah sebagai spesies Endangered (Terancam). Nama latin hewan ini adalah Presbytis melalophos (Raffles, 1821). Mempunyai beberapa nama sinonim seperti Presbytis aurata (Muller & Schlegel, 1861), Presbytis batuanus Miller, 1903, Presbytis ferrugineus (Schlegel, 1876), dan Presbytis flavimanus (I. Geoffroy, 1831). Juga bersinonim dengan Presbytis fluviatilis (Chasen, 1940), Presbytis fusco-murina Elliot, 1906, Presbytis margae Hooijer, 1948, dan Presbytis nobilis (Gray, 1842). Simpai dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Sumatran Surili atau Mitred Leaf Monkey.
Sebutan ‘Mitred’ merujuk pada bentuk jambulnya yang mirip mahkota para
bishop (pemimpin Katholik). Sedangkan di Indonesia kerap disebut juga
sebagai Surili Sumatera. Hewan endemik pulau Sumatera ini memiliki beberapa sebutan lokal lainnya seperti Simpai (Sumatera Selatan), Chi-cha dan Kera Putih (Lampung). Secara umum Surili Sumatera atau Simpai (Mitred Leaf Monkey) mempunyai ciri
khas jambul pada kepalanya yang menyerupai mahkota. Panjang tubuh
Simpai jantan dan betina hampir sama, yakni antara 45-49 cm. Berat
tubuhnya berkisar antara 5-6 kg. Ciri khas lainnya adalah ukuran ekornya
yang panjangnya hingga satu setengah kali panjang tubuh atau sekitar 71
cm. Surili Sumatera ini memiliki keragaman warna bulu antar subspesies.
Ada yang berwarna abu-abu, hitam, hingga kecoklatan.
Hingga saat ini terdapat subspesies
Surili Sumatera 4 yang diakui. Keempat anak jenis dengan perbedaan
diskripsi masing-masing adalah sebagai berikut :
- Presbytis melalophos melalophos : Bagian ventral (sisi depan atau perut) berwarna putih kemerahan. Bagian dorsal (punggung) berwarna merah kekuningan kuning. Ekor berwarna gelap. Subspesies ini memiliki jambul berwarna merah kehitaman. Tangan dan kaki hitam atau warna yang sama dengan anggota badan.
- Presbytis melalophos mitrata : Bagian ventral berwarna putih sedangkan sisi dorsal berwarna abu-abu. Ekor keabu-abuan dan keputihan.
- Presbytis melalophos bicolor : Bagian dahi memiliki pinggiran hitam dan mata yang dikelilingi oleh kulit abu-abu atau abu-abu kebiruan. Moncong hitam dengan dagu berwarna abu-abu. Mahkotanya memiliki garis hitam. Tubuh bagian dorsal Coklat gelap sedang bagian ventral berwarna putih. Ekor hitam (bagian luar) dan putih (bagian dalam).
- Presbytis melalophos sumatrana : bagian dorsal tubuh berwarna kecoklatan dan bagian ventral, tungkai, pergelangan tangan, dan pergelangan kaki berwarna putih krem. Tangan dan kaki berwarna hitam. Rambut di sisi puncak berwarna abu-abu kecoklatan. Tenggorokan berwarna putih krem.
Simpai atau Surili Sumatera adalah hewan
diurnal (aktif di siang hari) dan arboreal (banyak beraktitas di
pohon). Makanan utamanya adalah dedaunan, tetapi kerap juga mengkonsumsi
buah-buahan,
bunga, dan biji-bijian. Hidup secara berkelompok yang terdiri atas satu
jantan dan 5-7 betina. Simpai jantan dewasa (mencapai kematangan
seksual) pada usia 34-47 bulan sedangkan betinanya pada usia 35-60
bulan. Berkembang biak sepanjang tahun dengan masa kehamilan simpai
betina 155-226 hari, dan melahirkan satu anak tiap masa kehamilan.
Surili Sumatera atau Simpai (Mitred Leaf Monkey) adalah hewan endemik Indonesia dengan daerah sebaran terbatas di pulau Sumatera. Subspesies P. m melalophos
mendiami daerah barat daya Sumatera, mulai sekitar Sungai Rokan bagian
selatan hingga Sungai Batanghari, sepanjang Bukit Barisan hingga
Lampung. Subspesies P. m mitrata mendiami Sumatera bagian
tenggara, mulai dari Lampung bagian utara hingga Sungai Musi, Palembang
sebelah barat, dan utara Sungai Batanghari. P. m bicolor mendiami Sumatera barat-tengah. P. m sumatrana mendiami Sumatera Barat, Gunung Talamau, dan Pulau Pini (Kepulauan Batu).
Primata endemik sekaligus hewan langka ini mendiami hutan hujan tropis,
mulai dari hutan primer, hutan sekunder, hingga daerah perkebunan yang
terdapat di daerah dataran rendah hingga pegunungan berketinggian 2500
meter dpl.. Populasinya mengalami penurunan akibat rusaknya habitat
akibat deforestasi
dan alih fungsi lahan. Selain hilangnya habitat, ancaman utama terhadap
Surili Sumatera adalah perburuan untuk diperjualbelikan sebagai hewan
peliharaan.
Penurunan populasi dan ancaman yang terus
terjadi membuat IUCN memasukkannya sebagai spesies Endangered dalam
daftar merahnya. CITES juga memasukkannya dalam daftar appendix II.
Sedang di Indonesia, Simpai termasuk hewan yang dilindungi berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem.
Klasifikasi Ilmiah Simpai atau Surili Sumatera : Kerajaan: Animalia. Filum: Chordata. Kelas: Mammalia. Ordo: Primates. Famili: Cercopithecidae. Genus: Presbytis. Spesies: Presbytis melalophos (Raffles, 1821).